READER

visit counter for blogspot

Selasa, 07 Desember 2010

MENJAGA LIDAH

By : Cahaya Islam

bila bicara itu emas, maka diam itu berlian.(- Muhammad Husein Ya‘qub -)

Lidah itu laksana mawar: memesona tapi berduri. Ia bisa digunakan untuk melantunkan ayat suci, bahkan menasihatkan kalam ilahi. Sayang, lidah bisa pula menghantar mati. Oleh karenanya, selain hati, bagian tubuh yang kerap kali diperintahkan untuk dijaga adalah lidah. Allah Swt. berfirman, “Tiada suatu ucapan pun yang diucapkan seseorang melainkan ada malaikat pengawas yang selalu hadir di dekatnya,” (QS Qaf [50]: 18). Rasulullah juga bersabda, “Siapa saja yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, maka hendaknya dia berkata baik atau diam,” (HR Al-Bukhari).

Ada empat hal yang tidak dapat ditarik kembali:
1. Anak panah yang lepas dari busurnya.
2. Suatu kesempatan yang diabaikan
3. Kata yang telah diucapkan
4. Hidup yang telah dijalani

Kalau pun salah satu dapat ditarik kembali, bagaimana mungkin Anda bisa mengubahnya.( - Pepatah Rusia -)

Menjaga lidah memang bukan perkara mudah. Meski begitu, ia tetap harus dijaga. Sebab, bila tidak, ia bisa melukai siapa saja. Sayangnya, kita sering kali tidak sadar bahwa lidah kita sangat berbahaya. Bergosip, misalnya, tanpa disadari telah menjadi keseharian kita. Bahkan, lalu lintas gosip yang disuguhkan media, kita konsumsi mulai bangun sampai tidur lagi. Akibatnya, kita mudah sekali membicarakan keburukan orang, seolah tidak ada yang salah dalam bergosip. Kita juga seakan tidak peduli apakah orang yang kita gosipkan itu terluka hatinya, atau malah hilang kehormatannya.

Siapa saja yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, maka hendaknya ia mengucapkan kebaikan atau diam.(- Nabi Muhammad Saw. -)

Yang dibicarakan dalam bergosip pastilah hal negatif orang lain, karena gosip hanya nama populer dari menggunjing dan mencari kesalahan orang. Padahal, Allah Swt. mengibaratkan perilaku ini dalam firman-Nya, “Adakah salah seorang di antara kalian mau memakan daging kawannya yang sudah mati? Tentulah kalian merasa jijik untuk memakannya,” (QS Al-Hujurat [49]: 12). Rasulullah sendiri pernah melarang putrinya, Fatimah, saat menyebut “pendek” orang yang dilihatnya. Kala itu Fatimah protes pada Nabi, karena faktanya orang yang dilihat itu memang berpostur pendek. “Kalau menyebut sesuatu yang tidak disukai seseorang dan memang ada pada diri orang itu, itulah yang disebut menggunjing. Kalau sesuatu itu tidak ada pada diri orang tersebut, selain disebut menggunjing, itu juga disebut memfitnah,” jawab Nabi.

Diam adalah senjata terampuh.(- Heinrich Boll -)

Pada suatu saat, diam dapat menyembunyikan kegagapan
Sayangnya reputasi akal seseorang dinilai dari kelihaian mengolah kata (- syair anonim –)

Diam yang diperintahkan oleh Nabi saw. ditujukan kepada orang-orang yang tidak bisa menyampaikan perkataan yang benar dan baik. ( - Al-Harits Al-Muhasibi -)

Ayat ini pun semacam memberi rumus kalau gosip itu biasanya dihembuskan bukan dari orang jauh, tetapi justru dari orang dekat atau orang yang ada di sekeliling kita. Asal bersih, jangan risih dengan gosip. Kita tidak akan jatuh gara-gara gosip. Mungkin terkena imbasnya, tetapi perjalanan waktu akan membuktikan bahwa kita orang bersih.
Mungkin yang patut direnungkan pada saat hendak menggosip adalah belum tentu kita yang bergosip lebih baik daripada orang yang kita gosipkan. Allah Swt. berfirman, “Hei orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olokkan kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olokkan,” (QS Al-Hujurat [49]: 11).[ ]

0 komentar:

Posting Komentar

terimakasih atas komentarnya

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More